Wednesday, February 8, 2012

Menpora Bentuk BAORI dan BAKI Selesaikan Masalah PSSI

0 comments
JAKARTA - Selain mengutus KONI Pusat, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarageng, juga siapkan dua badan peradilan olahraga Indonesia demi selesaikan konflik PSSI. Kedua badan peradilan tersebut diharap, mampu membantu menyelesaikan konflik yang terjadi.

Badan Arbitrase Olahraga Indonesia (BAORI) dan Badan Arbitrase Keolahragaan Indonesia (BAKI), jadi dua badan peradilan olahraga yang disiapkan Menpora. Kedua badan peradilan ini yang akan mencari data dan membuka jalan keluar dari adanya perbedaan persepsi kubu PSSI atau Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI)

Andi mencontohnyakan, BAORI dan BAKI akan menganalisa isi Kongres Tahunan di Bali. Karena menurut politisi dari partai Demokrat ini, baik PSSI dan KPSI memiliki persepsi yang berbeda menanggapi hasil Kongres Tahunan tesebut. Menurut KPSI, semua putusan Kongres Tahunan Bali, harus dijalankan. Sedangkan kubu PSSI, berkeyakinan sebaliknya.

"Kami memang sudah utus KONI untuk selesaikan masalah ini, tapi juga terus berusaha dengan cara-cara lain. Kami berusaha selesaikan ini dengan membentuk BAORI dan BAKI. Kedua badan ini yang akan menyelesaikan perbedaan pemahaman. Seperti perbedaan penafsiran dari hasil Kongres Tahunan Bali," ungkap Andi, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) antara Komisi X DPR RI, Menpora, KONI, KOI, Gedung MPR/ DPR, Jakarta, Selasa malam.

Selain membentuk BAORI dan BAKI, usaha-usaha rekonsiliasi terus diupayakan Menpora. Untuk menyelesaikan masalah dualisme kompetisi, konflik antar stakeholder sepakbola Indonesia, Menpora meminta kedua belah kubu yang berseteru bisa sama-sama mencari solusi paling tepat dan tentu baik untuk semua pihak.

Menpora menegaskan, alangkah baiknya jika PSSI mengakui PT Liga Indonesia (PT Liga) sebagai penyelenggara Indonesia Super League (ISL). Sementara itu juga,  PT Liga harus bisa mengakui PSSI sebagai federasi tertinggi sepakbola Tanah Air. Dengan adanya persatuan misi tersebut, tidak lagi ada yang dikorbankan.

Adanya konflik dualisme kompetisi antara ISL dan Indonesian Premier League (IPL), yang jadi korban adalah pemain. Saat ini, PSSI melarang pemain-pemain yang bermain di ISL membela tim nasional (timnas) Indonesia. Tentu hal itu menyakiti para pemain sendiri, untuk itulah Menpora berusaha mencari jalan keluar yang juga menguntungkan kedua belah pihak.

"PSSI harus akui PT Liga, dan PT Liga pun harus akui PSSI. Dua kompetisi tidak ada masalah jalan beriringan, tapi nanti diakhir musim diadu dua-duanya. Tentu itu akan jadi tontonan yang menarik. Dengan adanya kesepakatan-kesepakatan seperti ini, pemain pun tidak lagi jadi korban. Kami tidak ingin ada yang menghalang-halangi hak seluruh masyarakat Indonesia," papar Andi.

Dan yang paling utama menurut Menpora, dalam Kongres Tahunan PSSI di Sentul, Bogor, Jawa Barat, 18 Maret mendatang, sudah bisa menyelesaikan semua konflik yang terjadi selama ini. Tapi tetap, Menpora meminta apa yang akan dijalankan pada kongres nanti harus sesuai dengan statuta PSSI dan FIFA pastinya.

"Kami dari pemerintah ingin terus mendorong dibukanya jalur komunikasi. Kami pun berharap kongres PSSI pada bulan Maret mendatang, masalah ini sudah selesai. Dan kembali kita fikirkan bagaimana mengangkat sepakbola Indonesia kembali berprestasi," tandas Andi.

0 comments:

Post a Comment