MAKASSAR – Sepuluh pertandingan telah dilakoni PSM Makassar. Satu pertandingan lagi, musim kompetisi putaran pertama akan berakhir, saat PSM menjamu Persijap Jepara di kandang, 24 maret nanti.
Sepanjang putaran pertama, tentu patut diketahui siapa pemain yang paling berkontribusi dan siapa yang paling tak memberi kontribusi bagi tim di putaran pertama ini.
Dua nama pemain lokal M Rahmat dan Rasyid Bakrie,layak untuk disebut sebagai pemain yang paling berkontribusi. Setidaknya itu menurut mantan pemain PSM Makassar Yusrifar Djafar. Skuad Pasukan Ramang era Ligina ini, menilai dua pemain inilah merupakan kunci permainan tim.
“Tanpa mereka, saya tak yakin PSM Makassarbisa berbuat banyakdi liga ini. Soalnya kita tahu, tim ini bermaterikan pemain muda, sementara tim lainnya pemain yang sudah berpengalaman,” kata Yusrifar.
Meski tak menampik peran penting pemain lainnya, namun menurut Yusrifar, Rasyid dan Rahmat layak disebut sebagai bintang karena level permainannya yang begitu menanjak. “Padahal mereka berdua kan masih berumur muda. Tapi cara mereka bermain layaknya pemain kenyang pengalaman,” lanjut Yusrifar.
Ulasan Yusrifar memang tak ada salahnya. Rahmat misalnya. Striker lokal Pasukan Ramang ini, menjadi penyumbang gol terbanyak tim di putaran pertama IPL. Lima gol telah disumbangkan lewat kaki dan kepala pemain kelahiran Kabupaten Takalar ini. Ia mengalahkan jumlah perolehan gol Ilija Spasojevic, yang tak lain adalah tandemnya di lini depan Juku Eja.
Tak jarang gol-golnya menjadi penentu tim meraih poin kemenangan. Saat menjamu Persiba Bantul,merupakan bukti sahih ketajaman pengidola Neymar, striker muda asal Brasil. Di laga perdana Indonesia Premier League ini, ia menyumbangkan dua gol kemenangan tim.
Lalu saat menjamu Semen Padang, ia mencetak satu-satunya gol penyeimbang. Gol yang sekaligus menghindarkan tim dari kekalahan di kandang. Aksi heroik Rahmat tak berhenti di situ saja.
Menjamu PSMS Medan di laga keenam tim, lagi-lagi ia menghindarkan tim dari kekalahan. Saat itu dua gol dicetaknya dan mempersembahkan kemenangan kedua bagi tim. Padahal, PSM Makassar sudah tertinggal satu gol dari tim tamu.
Rahmat pun terbilang istimewa, karena dari sekian pertandingan tak pernah mengoleksi kartu kuning. Hal ini kontras dengan mayoritas pemain muda yang rata-rata mempunyai sifat bengal.
Sedangkan Rasyid Bakrie, patut disebut sebagai pemain berkontribusi bagi tim, lantaran perannya di lini tengah PSM Makassar. Pasca hengkangnya Srecko Mitrovic, peran sebagai dirigen lini tengah diambil alih oleh ‘bocah’ yang baru berumur 20 tahun ini.
“Tak mudah menjadi pemain yang mengatur lini tengah di usai semuda itu. Tapi Rasyid sejauh ini mampu melakukannya dan menolong tim menggantikan peran Mitrovic,” tandas Yusrifar.
Karakter bermain yang tak kenal lelah dan petarung, membuat Rasyid disebut-sebut sebagai the new Syamsul Chaeruddin, mantan gelandang PSM Makassar di era ISL lalu.
Bagi pecinta sepak bola Makassar, nama Syamsul pasti selalu dikenang. Bahkan dianggap sudah melegenda. “Rasyid bermain dengan karakter Ramang, seperti Syamsul. Itu yang membuat dia menjadi yang terbaik untuk saat ini,” ulas Yusrifar.
Yusrifar juga yakin bahwa kedepannya Rasyid bakal sukses seperti seniornya itu. Dengan bekal skill dan kesempatan bermain lebih, lanjut Yusrifar, bukanlah hal yang mustahil jika Rasyid kelak akan menjadi rebutan tim-tim besar di kompetisi tanah air.
Rahmat dan Rasyid adalah yang terbaik sejauh ini. Lalu siapa menurut Yusrifar yang dinilai sebagai pemain yang berkontribusi minim bagi tim. Mantan gelandang Juku Eja ini menyebut nama Fandi Edi sebagai pemain yang minim kontribusi. Mangapa demikian, sedangkan Fandi tak pernah sekalipun dicadangkan oleh Petar Segrt, pelatih kepala PSM Makassar.
Alasan Yusrifar cukup jelas. Karakter bermain Fandi yang keras dan kerap menuai kartu kunig dari wasit, dianggap sebagai penyebab mengapa tim selalu dirugikan. Yang terbaru, Fandi harus diusir oleh wasit saat PSM Makassar melawan Arema Malang, Sabtu lalu.
Jika Rahmat,Rasyid dan Fandi menjadi barometer penilaian pemain lokal. Kini untuk pemain asing, semua pasti sepakat jika Kwon Jun disebut sebagai legiun yang berkontribusi maksimal. Bahkan super maksimal. “Kwon Jun pasti yang terbaik. Tidak ada yang meragukan itu,” kata Yusrifar.
Pendapat yang sama soal Kwon juga dilontarkan oleh Uki Nugraha, pentolan supporter PSM. “Sudah jelas, tak ada pemain asing terbaik selain Kwon. Bahkan menurut saya dia adalah pemain asing terbaik di IPL,” ujar pria yang disapa Daeng Uki ini.
Kwon memang layak untuk disebut seperti itu. Musim keduanya bersama PSM Makassar, pemain asal Korea Selatan ini semakin menunjukkan kelasnya sebagai pemain bintang.
Meski berposisi sebagai stopper, tapi poduktifitas golnya cukup garang. Tiga gol telah disumbangkan pemain berpostur 182 cm ini, mengalahkan perolehan gol Ilija Spasojevic, tandem Rahmat di lini depan.
Belum lagi ketangguhan Kwon dalam menggalang pertahanan. Perannya cukup sentral di lini belakang. Soal loyalitas, jangan ditanya. Berkali-kali Kwon didera cedera, saat menjelang pertandingan.
Namun, tak pernah sekalipun ia absen membela tim. Ia selalu minta untuk dimainkan, meski harus dibebat dengan berlapis-lapis perban untuk mencegah cederanya makin serius. “Sungguh sebuah loyalitas yang tak kenal lelah. Kwon harus menjadi contoh bagi semua pemain,” sambung Uki.
Ilija Spasojevic menjadi pemain yang disebut-sebut sebagai paling pesakitan di tim Juku Eja. Digadang-gadang sebagai striker haus gol, mantan striker Bali Devata FC ini baru mencetak dua gol dari sembilan laga, plus tak pernah digantikan di setiap pertandingan. 180 jam penampilan, memang tak sebanding dengan dua gol yang dilesakkan.
“Kita harus fair. Siapapun kalau ditanya soal Spaso, pasti jawabannya hanya satu. Dia striker mandul,” tukas Uki.
Tuesday, March 20, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

0 comments:
Post a Comment