JAKARTA—Putaran pertama Indonesian Premier League (IPL) menyuguhkan memang tak begitu menyuguhkan kejutan jika dilihat dari transfer market. Tidak ada pemain kelas atas yang mewarnai perekrutan tim-tim IPL dari Jawa Timur.
Empat tim yang berlaga di kompetisi ini, Arema FC, Persebaya Surabaya, Persema Malang dan Persibo Bojonegoro, tidak begitu gereget dalam menarik pemain bintang. Klub lebih suka memanfaatkan kekuatan lama, plus pemain anyar yang berstandar biasa.
Persebaya Surabaya misalnya, masih tetap didominasi kekuatan sisa Liga Primer Indonesia (LPI) silam. Kalau pun ada tambahan, bisa dibilang bukan major transfer seperti Feri Ariawan, Khomad Suharto, serta pemain asing Mario Karlovic dan Amaral.
Arema FC yang juga mempunyai modal besar untuk belanja, di awal musim lebih memanfaatkan pilar lawas. Walau di tengah jalan penggawa lama akhirnya eksodus karena konflik di internal manajemen. Ada pemain anyar tidak lebih dari separuh dengan kualitas standar pula.
Perekrutan baru pun belum menunjukkan impact yang signifikan untuk perjualanan Singo Edan. Namun masih sulit untuk mengukur sepak terjang perekrutan Arema di putaran kedua, karena perubahan drastis yang sempat mewarnai tim.
Persema Malang juga tidak terlalu royal di putaran pertama. Pemain asing amupun lokal yang digaet pun tak memiliki pamor mewah, seperti Emile Bertrand Mbamba, mantan gelandang Arema FC Tommy Pranata, serta duo centre back Deniss Kacanov dan Naum Sekulovski.
Kondisi di Persema pantas dimaklumi karena dana yang sangat cekak. Itu sama persis dengan Persibo Bojonegoro yang tak mempunyai daya untuk mendatangkan pemain bintang. Pelatih paulo camargo hanya mengandalkan pemain asing berusia senja yang dipadu dengan kekuatan muda.
Lantas, klub mana yang paling efektif dalam melakukan transfer. Secara statistik Persibo Bojonegoro terhitung paling berhasil. Dengan mengandalkan pemain asing yang berumur dan pemain lokal, Paulo Camargo mampu memuncaki klasemen sementara dalam beberapa pekan.
Menurut pengamat sepakbola asal malang, Suyitno, bursa transfer tidak selalu diukur dari harga. “Di sepakbola Indonesia, semua cepat berubah. Seorang pemain bintang tak selalu menjamin klub bisa langsung berprestasi bagu,” katanya.
Ini karena dalam satu tim terkadang kekuatan tidak merata. Ketika ada seorang pemain bintang, bisa saja elemen lainnya kurang mendukung sehingga tetap pincang. Kebersamaan dan soliditas tim justru lebih menjadi kunci.
Persibo membuktikan teori seperti itu. “Persibo sudah membuktikan mereka bisa berprestasi walau tak mempunyai pemain mahal. Itu karena pelatih berhasil mengutamakan kebersamaan di dalam tim dan meninggalkan ketergantungan pada satu-dua pemain,” ujarnya.
Tuesday, March 20, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

0 comments:
Post a Comment